Advertisement

Menjadi Pak Guru Bukan Hanya Mengajar, Tapi Juga Harus Mendidik

SelokBesuki
Tuesday 9 April 2019

Menjadi Pak Guru Bukan Hanya Mengajar, Tapi Juga Harus Mendidik - Setelah membaca sebuah artikel pada sebuah blog, ada pelajaran yang sangat berharga yang saya dapat. Satu hal yang membedakan seorang Pengajar dengan Guru (Pendidik) adalah adanya transfer ilmu-ilmu kehidupan. 


Mungkin saya melupakan banyak materi pelajaran dalam sekolah. Tapi banyak pelajaran kehidupan yang saya rekam baik-baik dalam memori hingga sekarang. Itulah yang dilakukan seorang guru.

Pak Udin, yang hobinya naik sepeda keliling komplek rumah saya terus mendatangi temen2 sekelas saya yang cowok yang suka “hang out” di jembatan. Itu cara beliau mengontrol anak didiknya di luar sekolah. 

Selain itu dia mengolok kami kalau nggak kenal nama2 tanaman yang biasanya tumbuh di kampung2, katanya “anak komplek jarang main ke kampung ya?” 

Sejak saat itu saya senang “menjelajah” kampung2 di sekitar rumah dengan teman2. Kata dia juga, “jangan makan sambil berdiri, kayak kuda deh..” 

Sejak itu saya dan teman2 yang biasa makan batagor di bungkus plastik sambil jalan dan ngobrol menghentikan kebiasaan itu. 

Kami jadi punya warung favorit buat ngumpul2, biar makannya sambil duduk.

Pak Nana, terkenal dengan pandangannya yang jeli melihat sampah tidak pada tempatnya, lalu beliau akan meminta siapapun murid yang lewat di hadapannya untuk meletakkan sampah yang dilihatnya ke tempat sampah terdekat. 

Bisa dibilang sejak itu saya mulai disiplin tidak buang sampah sembarangan sekecil apapun.

Pak Iim, yang katanya dulu gagap bicaranya, ikut latihan tentara buat teriak-teriak, sampai gagapnya hilang. Kalau beliau yang bercerita gimana usahanya menghilangkan kegagapan pasti seru dan heboh lah. 

Atau cerita beliau saat ketemu wanita pake rok mini di angkot. Saking sebelnya bapak dengan orang yang pake rok mini, sengaja aja "dipandangi" rok wanita itu, sampai dia risih lalu bapak bilang, “makanya mbak, kalo nggak mau dilihat orang ya jangan pake rok mini dong!” wah, berani bener guru saya itu, ya?

Mr. Bambang, sudah pasti sangat menginspirasi kami dengan kata-katanya “everything is possible, insya Allah!”. 

Kata yang satu ini sangat terasa disetiap sudut kehidupan saya..

Ms. Rinda, terkenal dengan hukuman ampuhnya, “keliling lapangan basket, sambil hafalin beberapa vocabularies bahasa inggris atau arab”

Saya pernah kena tuh. Dikira asik, ternyata nggak banget. Tapi kalau dipikir ulang, hukuman begitu malah menguntungkan kita : 
1. fisik kuat 
2. vocab nambah. 

Trus pesen Ms. Rinda yang paling saya ingat, “kamu harus banyak mengunjungi kota-kota lain (jalan2, merantau, ect), karena setiap tempat itu punya keistimewaan dan pelajaran yang bisa diambil.” Sejak saat itu saya menikmati bepergian.

Wah masih banyak lagi sebenernya guru-guru keren itu, termasuk guru-guru ngaji saya. Selain Ayah dan Ibu sebagai guru pertama dan utama bagi saya. 

Tapi poin utama yang ingin saya sampaikan adalah, jadilah seorang guru, bukan sekedar pengajar. Untuk guru-guru di Indonesia dan dunia, terimakasih atas semangat dan keikhlasan kalian dalam mendidik! :)

baca juga : Keberkahanmu Sebanyak Tulisanmu, Mari Menulis

ya Allah cintailah guru-guru kami,

lapangkan rezekinya, ridhai langkahnya, dan jadikan surga sebagai tempat istirahatnya, amin